Apa sebenarnya makna dari toleransi? Ketika hari raya justru kita mengagung-agungkan ritual kita sendiri. Ketika hari raya bukan lagi tentang menangnya hati. Melainkan caci maki. Tidak, sudah tentu hanya segelintirnya yang melakukan beberapa hal tadi. Kebanyakan peduli, acuh-takacuh atau malah apatis terhadap toleransi.
Banyak yang kini sedang membumikan kalimat toleransi. Jadi menurut KBBI toleransi berasal dari kata toleran, yang artinya bersikap atau bersifat menenggang (membolehkan, menghargai, membiarkan) pendirian (pendapat, kebiasaan, kepercayaan, pandangan, kelakuan, dsb) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Toleransi dalam konteks lain berarti saling menghargai semua perbedaan. Sementara toleransi yang berkembang dalam kalimat sehari-hari adalah toleransi beragama. Padahal arti kata toleransi itu begitu luas. Tidak hanya tentang keagamaan.
Dalam sebuah rumah misalnya, kamu akan menemukan ayah, ibu, kakak dan adik. Disana tak ada toleransi? Kamu salah! Karna pada keluargapun terdapat toleransi. Toleransi terhadap keputusan, pilihan dan kepercayaan. Bukan tidak mungkin dalam sebuah rumah, sang anak menginginkan poin A sedangkan ibunya mengharapkan poin B. Lalu apakah terjadi pertengkaran? Mungkin saja. Karna ego setiap orang tentulah tidak sama.
Bahasan berat memang, karna aku pun belum tentu bisa bertoleransi dengan baik. Tapi sedikit tergelitik dengan beberapa status teman di Line yang sedang menggemborm-gemborkan toleransi. Satu diantaranya menuji salah satu agama, yang di tempat ibadahnya dengan jelas terpampang mengucapkan Selamat Hari Raya. Satu lainnya sedang mempertanyakan toleransi karna tidak salah satu agama tidak menghormati perbedaan beragama.
Lalu, bagaimana makna tolerasi itu bagimu?
Sudah cukup bertolerankah kamu terhadap dirimu, keluargamu dan lingkunganmu? Masihkah kamu mencaci perbedaan? Masihkah kamu memaksakan pilihanmu?
Tidak ada yang baik memang, tapi sebaiknya bukankah kita menyadari bahwa sesungguhnya kita hidup? Bagimu mungkin berbeda itu tak biasa. Menjadi dominan di keluarga. Bisa menentukan pilihan. Tapi kamu menentukan pilihan itu, apa kamu yakin tidak melukai yang lain?
Kita hanya bisa berusaha menjadi baik. Tidak sepenuhnya baik. Karena berbuat baik kepada mereka adalah untuk kita sendiri.
Untuk direnungkan.. Mungkin kini kita ada pada bagian utama, dominan, mayoritas. Lalu bagaimana jika kelak kita ada di posisi mereka? Di tepian, minoritas, tersisihkan?
Haruskah toleransi tergadaikan oleh ego? Haruskah sosialisasi hilang hanya karna berbeda? Maka, sentuhlah hati masing-masing. Karna kita menemukan jawabannya di sana. Pada dasar hati untuk berbagi.